Google doc. |
Tepatnya malam jumat, (02/01/2013), sekitar pukul 23.00
WIB, dari seberang jalan samping kiri gerbang kampus 2 IAIN Walisongo semarang
dua orang pemuda yang tidak dikenal tiba-tiba mendatangi saya. Dua orang dengan
motornya menunggu di seberang jalan. Saat itu, saya dengan teman saya, Badrun
Nuri dan Moh. Hasan berada di seberang jalan, tepat di dekat tulisan Bhakti
Persada Indah (BPI) Ngaliyan.
"Semula, dua orang itu memanggil kami dengan maksud seperti ingin menanyakan sesuatu. Tapi kami tidak mendatangi panggilannya. Kami berfikir orang itu yang butuh kami, sehingga kami hanya menunggu di tempat semula."
Dua orang itu kemudian mendekati kami. Semula mereka
bertanya tempat tinggal kami dimana. Setelah itu bertanya tujuan kami mau
kemana. Kemudian, teman saya Badrun kembali bertanya maksud pertanyaan itu. tetapi orang itu justru menganggapnya melototi
dan menyentak-nyentak. Aku menyambung pembicaraan dengan nada halus bahasa
jawa. “Pripun mas,, pripun mas,” kataku.
Aku mulai curiga ada maksud tak baik dari kedua orang
tersebut. Tiba-tiba satu orang dari mereka sudah mengeluarkan golok dengan
panjang sekitar satu meter. Disusul kemudian yang satunya juga mengeluarkan
golok dengan ukuran panjang sama.
Mereka mengancam kami agar kami tidak melarikan diri.
Kemudian Ia mendesak saya agar membrikan Handpond yang saat itu ada di tangan.
Orang itu mendekati saya, sekitar setengah meter tetap dengan goloknya, memaksa
saya untuk meberikan handpond.
Aku berjalan agak mundur. Handpond tetap tak kuberikan.
Orang itu kemudian mendekat dibarengi dengan sabetan goloknya. Aku berhasil
merikan diri setelah sabetan itu mengenai punggung kiri. Aku berlari menuju
sebuah café “Lavanda” yang tak jauh dari lokasi, sambil meneriakkan rampok.
Dibelakang rampok itu menebas kepala, punggung, dan
perut teman saya, Hasan. Tapi setelah itu hasan juga berhasil melarikan diri
menyusul saya dari belakang. Badrun berhasil melarikan diri sebelum Hasan
sebelum orang itu melayangkan golok ke tubuhnya.
Kami bertiga panik. Tidak bisa melakukan apapun kecuali
berlari. Saat itu kami memang dalam keadaan tangan tangan kosong. Di sekitar
kami, tak satupun ada batu dan benda benda lain yang dapat kami jadikan senjata
untuk melawan.
Hingga kami berhasil melarikan diri, orang yang tak
dikenal itu juga melarikan diri, berseberangan dengan arah kami.
Setelah itu kami dan ditambah satu orang lagi teman
kami yang kami temui di café menyusul ke arah larinya empat orang itu. Tapi,
mereka sudah lenyap entah kemana.
Alhamdulillah, kami masih berada dalam lindungan tuhan.
Kami selamat. Tidak mengalami luka
parah. Hanya sedikit lecet dibagian punggung dan baju kami bolong.
Kepada kawan-kawan saya, untuk berhati-hati jika berjalan malam hari di tempat-tempat sepi sepanjang daerah Ngaliyan dan di manapun.
Semarang, 02 Januari 2014
No comments:
Post a Comment